Translate

Kamis, 23 Januari 2014

Cendet juara (PUSER BUMI)

Cendet juara (PUSER BUMI)
PUSER BUMI
Predator dari kampum
Memelihara Cendet Liar diakui tidak semudah burung liar lain seperti Cucak Ijo, Murai Batu dan Kacer sebab Cendet memiliki cakar dan paruh yang cukup tajam, bekas patukan paruh Cendet bahkan sering meninggalkan bekas di kulit manusia, sebab itulah hobiis yang ingin belajar memelihara burung liar jenis Cendet khususnya Cendet muda dari hutan wajib memiliki kesabaran ekstra untuk memoles momongan Cendet mereka demi mencapai hasil maksimal yang diinginkan.

Juara 1 Tgl 16 November 2013

GAMBAR PIAGAM PENGHARGAAN PUSER BUMI
Juara 1 Tgl 30 November 2013
seperti Puser Bumi ini, dulunya burung yang tidak ada nilai jualnya, sekarang setelah di rawat dan di poles sedemikian rupa oleh mas NURUL HUDA, menjadikannya burung tersebut siap untuk menerka mangsa.
walaupun terhitung usianya masih muda, tetapi dengan mental bajanya, mendukung dalam setiap arena latber/lomba, dalam ceritanya, burung ini dulunya milik dari suami adeknya, karena tk suka merawat burung cendet yang dianggap susah akhirnya mau di jual dengan harga Rp 50.000 rbu dengan teman - temannya, sempat beberaapa kali predator ini dilihat oleh sang pembeli, karena yang dulunya burung tak terawat, menjadikan sang pembeli tak mau mengambilnya.
prihal tersebut terdengar oleh kakanya ( Mas NURUL HUDA), kemudian mau dibeli seharga Rp 100.000 rb, akan tetapi predator tersebut malah di kasihkan kepadanya, dengan hati gembira dan dengan telaten mas Nurul Huda merawatnya dengan kesabaran, hingga beberapa kali pernah juga PREDATOR tersebut setres gak mau bunyi, tapi cuman sebentar (beberapa minggu aja) mentalnya sudah pulih kembali, tentunya dengan rawatan khusus dan EF (Ekstra Foding) yang lain dari yang lain.

genap masa usia 2 tahun pada bulan November 2013, predator ini menyabet tiga gelar juara pertama semua, yang dua mendapat gelar dari Mas Karebet di Mranggen dan yang satunya juara satu di Lengkur Karangawen.

PUSER BUMI



Selasa, 21 Januari 2014

13 Extra fooding alternatif untuk burung kicauan



Selain jangkrik dan ulat hongkong, sebenarnya masih ada berbagai jenis extra fooding (EF) yang bisa diberikan untuk burung kicauan Anda, yang bisa didapatkan di sekitar rumah tanpa harus membelinya. Apa saja pakan tambahan alami burung kicauan dan bagaimana cara mendapatkannya, semuanya akan dibahas dalam artikel ini. Tetapi sebelumnya kita perlu menyamakan persepsi terlebih dulu mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan EF.
Sesuai dengan namanya, extra fooding merupakan pakan tambahan. Artinya, pakan ini diberikan sebagai pendukung dari pakan utama sehari-hari. Umumnya, pakan utama burung kicauan dalam sangkar adalah makanan kering atau voer. Jadi, konsep EF di sini berbeda dari kehidupan burung di alam liar.
Berdasarkan jenis makanan utamanya, burung di alam liar dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu :
·         Fructivora : Burung pemakan buah-buahan. Burung jenis ini hanya memakan buah-buahan saja di habitatnya, misalnya pisang, buah ara, pepaya, dan sebagainya.
·         Insectivora : Burung pemakan serangga. Burung jenis ini hanya memakan serangga kecil dan hewan-hewan kecil, baik itu vertebrata (bertulang belakang) maupun invertebrata (tak memiliki tulang belakang). Biasanya burung insectivora sejati menolak buah-buahan yang diberikan. Namun terkadang ada yang menyukai buah tertentu. Misalnya tledekan gunung yang menyukai buah berry, cipo menyukai kersen, dan kacer menyukai pisang.
·         Omnivora : Burung pemakan segalanya. Burung jenis ini akan memakan makanan apa saja yang ada di alam, mulai dari serangga kecil, hewan vertebrata, invertebrata, dan aneka buah-buahan. Keluarga cucak-cucakan (cucakrowo, trucukan, dll), keluarga cica daun (cucak hijau, cucak rantai, cucak biru, dll), keluarga punglor (anis merah, anis kembang, anis cendana, anis macan), keluarga jalak-jalakan, kepodang, dan sebagainya, termasuk burung omnivora.
Di habitat aslinya, setiap burung memiliki makanan favorit. Misalnya cucak hijau sangat menyukai pisang kepok putih, burung branjangan sangat menyukai belalang dan undur-undur, dan sebagainya.
Berbeda dengan burung yang dalam perawatan kita, mereka hanya diberikan makanan serangga atau buah yang lazim atau mudah dijumpai di pasaran, seperti jangkrik atau ulat hongkong. Itulah sebabnya, mengapa burung yang dipelihara dalam sangkar cenderung mengalami kekurangan nutrisi,khususnya vitamin dan kalsium,  dibandingkan dengan burung yang hidup di alam liar. Sebab, di alam liar, mereka memiliki instink untuk mencari pakan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan. Sedangkan dalam pemeliharaan manusia, semua suplai makanan sangat tergantung dari pemilik atau perawatanya.
Karena itu, sebagian besar pemilik burung dan penangkar burung selalu memberikan asupan multivitamin dan multimineral dari luar (maksudnya di luar pakan utama dan EF), untuk memastikan kecukupan vitamin dan mineral. Misalnya BirdVit yang bisa diberikan secara berkala setiap 2-3 kali dalam seminggu, dan BirdMineral yang cukup diberikan sekali dalam seminggu.
Pemberian extra fooding lebih dimaksudkan untuk menutupi kekurangan nutrisi utama. Yang termasuk nutrisi utama antara lain energi metabolisme, karbohidrat, protein, lemak, dan serat kasar. Pakan kering seperti voer umumnya sudah memiliki kandungan energi metabolisme dan protein yang mencukupi, tetapi semuanya tergantung pabrikan yang membuatnya. Namun untuk vitamin dan mineral sangat riskan untuk mengandalkannya dari voer, karena belum tentu komplet dan secara kuantitatif pun belum tentu tercukupi.
Lalu, extra fooding apa yang bisa diberikan kepada burung kicauan selain jangkrik atau ulat hongkong? Berikut ini 13 jenis EF alternatif yang bisa diberikan kepada burung, dan sebagian di antaranya bisa didapatkan di lingkungan sekitar rumah :
1. Kelabang atau lipan
Kelabang atau lipan dikenal sebagai salah satu makanan favorit burung di alam liar. Beberapa pemilik dan penangkar burung  pun mulai berani memberikan EF ini, karena kelabang dikenal sanggup menaikan performa burung kicauan, khususunya untuk murai batu dan kacer. Namun porsi pemberiannya harus disesuaikan dengan karakter burung.
Yang penting, pada masa awal jangan diberikan secara berlebihan. Jika porsi yang diberikan sudah tepat, dalam arti performa burung mengalami peningkatan dan tidak ada gangguan yang berarti, berarti bisa dijadikan patokan khusus untuk burung yang bersangkutan. Kelabang diyakini mampu mengatasi burung yang kurang birahi, kurang mental , ataupun hanya ngeriwik saja.
2. Lotus seed worm
Istilah ini mungkin agak asing bagi kita. Pakan ini justru popular di kalangan plecimania di Singapura, Malaysia, dan Thailand. Pemberian lotus seed worm (LSW) pada burung kicauan, terutama pleci, diyakini bisa mempercepat burung buka paruh. Saya belum tahu apakah pakan ini sudah dijual di Indonesia atau belum (mohon informasi bagi yang mengetahui pedagang LSW di Indonesia).
3. Belalang
Belalang, khususnya belalang belalang hijau, merupakan serangga favorit hampir semua burung kicauan, seperti jalak kerbau, jalak nias, branjangan,ciblek, prenjak, dan sebagainya. Namun sebaiknya yang dipilih adalah belalang hijau, karena belalang warna lain terkadang mengandung racun, seperti belalang berbintik hitam atau belalang kehitaman.
4. Kecebong
Kecebong merupakan anakan katak yang terdapat dalam genangan air / kolam. Bentuknya seperti ikan kecil dengan kepalanya yang besar. Pemberian kecebong pada burung dipercaya bisa memberikan sifat tenang, khususnya pada burung yang teralu giras / liar.
5. Katak kecil
Katak kecil merupakan pakan alami dari sebagian besar burung kicauan di alam liar. Beberapa jenis burung yang dikenal sangat menggemari katak kecil antara lain kepodang, cendet, jalak putih, dan jalak suren.

6. Buffalo worm
Buffalo worm merupakan jenis ulat yang mirip ulat hongkong (mealworm). Ulat ini memiliki kandungan protein yang tinggi dan kadar lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan ulat hongkong. Buffalo worm lebih besar dari ulat hongkong. Mungkin di sini kita mengenalnya dengan nama ulat jerman.

7. Ikan kecil
Ikan-ikan yang berukuran kecil juga menjadi salah satu pakan hidup alternatif untuk burung kicauan di rumah seperti murai batu, anis merah, anis kembang, kacer, dan sebagainya.

8. Laba-laba kecil
Laba-laba berukuran kecil merupakan makanan yang dianggap “camilan lezat” bagi burung kicauan, terlebih pleci dan murai batu. Dalam sebuah penelitian disebutkan, pemberian laba-laba pada anak burung oleh indukan bisa merubah karakter, mental, dan kemampuan bernyanyi ketika burung beranjak dewasa. Hal ini dikarenakan laba-laba banyak mengandung taurine:asam amino yang sering ditemukan dalam susu dan minuman berenergi.

9. Kecoak tanah
Kecoa tanah (lipas) atau cecunguk batu (Dubia roaches) bisa menjadi EF alternatif jika suatu saat Anda kesulitan memperoleh jangkrik di kios / toko pakan burung. Kecoa tanah bisa diberikan kepada burung sejenis murai batu. Tetapi jika seekor murai batu diberi dua cepuk, masing-masing berisi jangkrik dan kecoa tanah dalam jumlah yang sama, maka burung biasanya akan menghabiskan jangkrik terlebih dulu.
Kecoa tanah biasa diternak untuk dijadikan pakan ikan dan reptil, atau sebagai umpan saat memancing. Kecoa jenis ini sangat berbeda dari kecoa rumah atau kecoa selokan yang sering kita jumpai. Kecoa rumah atau kecoa selokan memiliki bau yang agak menyengat, dan sangat tidak baik jika termakan burung piaraan Anda.
10. Cacing tanah
Cacing tanah selama ini sudah sering digunakan sebagai EF baik bagi burung piaraan maupun burung penangkaran. Cacing tanah merupakan sumber protein yang baik bagi burung peliharaan seperti anis kembang, anis merah, dan ciung batu. Bahkan sebagian besar pecinta burung kicau mengatakan, cacing tanah menjadi kunci keberhasilan dalam penangkaran anis kembang. Tetapi bukan hanya burung-burung itu saja yang menyukai cacing tanah. Murai batu, kacer, tledekan gunung dan tledekan laut juga sangat menyukai cacing tanah.

11. Ulat bambu
Ulat bambu merupakan larva dari Erionota thrax. Sebenarnya EF ini sering digunakan oleh penggemar burung sebagai pakan hidup atau sebagai umpan ikan bagi yang gemar memancing. Ulat berwarna putih ini sering dijual dalam sebilah bambu dan bisa ditemukan juga dalam lipatan daun pisang yang dikenal dengan nama ulat pisang. Ulat ini dipercaya bisa mengurangi tingkat birahi dari burung yang mengalami over birahi, karena sifatnya yang mendinginkan.

12. Undur-undur
Undur-undur sering diberikan kepada burung seperti branjangan dan perkutut. Serangga unik ini mulai jarang ditemukan di sekitar kita. Padahal, selain memiliki khasiat pengobatan bagi manusia, undur-undur juga bermanfaat untuk menghilangkan stres bagi burung sejenis branjangan (termasuk sanma dan pailing) serta mempercepat burung berbunyi.
13. Buah kersen
Pohon kersen  atau talok jika ditanam di halaman rumah bisa mengundang kehadiran burung-burung. Buahnya yang kecil dan berwarna kemerahan ini memiliki rasa sangat manis, sehingga sangat digemari burung-burung fructivora. Bahkan cipoh / sirpu dan tledekan yang notabene pemakan serangga dan kurang menyukai buah-buahan pun sering kesengsem mencicipi buah ini. Selain kersen, ada juga buah berry yang digemari burung-burung tersebut.

Barapa lama masa umur burung




Merawat burung yang sudah berusia lanjut atau tua merupakan sesuatu yang berkesan bagi kicaumania. Apalagi jika burung tersebut dipelihara sejak masih piyikan, atau pernah berprestasi yang membuat nama pemiliknya kondang, atau bisa juga ada momen istimewa saat membeli atau memperoleh burung tersebut.

Perawatan untuk kacer tua, artikel ini bersifat umum atau bisa diterapkan pada jenis burung berkicau lainnya.

Burung memang memiliki memori tersendiri terhadap orang-orang yang setiap hari dilihatnya, seperti perawat, pemilik, dan anggota keluarganya. Jika dirawat dengan baik, benar dan konsisten, burung pun akan terus merasa aman dan nyaman melihat orang-orang terdekatnya, apalagi jika dia dirawat selama bertahun-tahun.

Burung yang dirawat cukup lama oleh orang yang sama cenderung “sayang” dengan pemiliknya. Ia bisa gacor jika melihat perawatnya. Mentalnya juga stabil jika melihat perawat ada di dekatnya.


Merawat burung tua memang membutuhkan perhatian tersendiri. Mulai dari pemberian extra fooding (EF) yang teratur tetapi dengan porsi yang lebih sedikit daripada porsi burung muda hingga kebutuhan mandi yang cenderung meningkat (2 – 3 kali sehari). Tujuannya untuk meredam birahi berlebihan yang sewaktu-waktu muncul, sehingga burung menjadi malas bunyi. Tak ketinggalan pula  durasi penjemuran juga mesti dikurangi sedikit, dan sebagainya.

Perawatan burung tua memang berbeda dari burung muda dan burung dewasa. Sebab pada usia tua, burung cenderung tidak stabil kondisi birahinya. Burung tua memiliki kematangan birahi yang berbeda dari burung dewasa. Jika tidak dikelola dengan baik, bisa saja memunculkan ledakan birahi atau over birahi (OB).


Ketika burung tidak memiliki pasangan, maka kondisi OB  dapat menyebabkan burung stres, lebih banyak diam, atau bahkan tiba-tiba lumpuh. Jika burung tua mengalami OB, jalan terbaik adalah memberinya pasangan, meski tujuannya bukan untuk menangkarkannya.


Perawatan harian burung tua

Secara umum, perawatan harian untuk burung tua hampir sama dengan berusia muda. Tetapi, seperti dijelaskan di atas, faktor pembeda adalah porsi pemberian EF seperti jangkrik.

Porsi pemberian jangkrik sebaiknya lebiih sedikit daripada yang biasa diberikan kepada burung muda. Jika sewaktu muda burung diberi 5 ekor pada pagi dan sore hari, maka setelah tua bisa dikurangi menjadi 3 ekor pagi dan sore.


Sebaliknya, pemberian ulat bambu bisa ditingkatkan. Jika dulu 1 ekor / minggu, setelah tua bisa dinaikkan menjadi 2 – 3 ekor / minggu. Ulat bambu antara lain membantu menurunkan kondisi birahi burung.


Untuk burung yang sudah berusia lanjut, Anda juga bisa memberikan serangga alternatif selain yang dijual di pasaran. Misalnya belalang hijau, kelabang, ikan kecil, dan sebagainya. Selain untuk mendukung metabolisme tubuhnya yang kian renta, juga dapat mencegah kelumpuhan.


Masa hidup beberapa jenus burung
Jenis burung
Lama hidup
(tahun)
Jenis burung
Lama hidup
(tahun)
Kacer
 10 – 15
Kutilang
8 – 11
Murai batu
 7 – 10
Trucukan
8 – 11
Pekin robin
10 – 11
Macaw
40 – 50+
Poksay Jambul
 12 – 15
Amazon
40 – 50+
Poksay hongkong
 25-30
African grey
40 – 50+
Beo
 12 – 25
Kakatua
30 – 40+
Kenari
 7 – 10
Lori / bayan
15
Lovebird
 10 -12
Derkuku
10 – 20
Finch
 5 – 10
Merpati
10 – 20
Cockatiel
 15 – 20
Parkit
5 – 10
Perkutut
 10 – 19
Pleci
8 – 10
Conure
 15 – 20
12
Gereja
 11 – 13



Setiap mahluk hidup pasti akan mati, tidak terkecuali burung. Tetapi sebagian besar burung kicauan yang dirawat manusia memiliki masa hidup yang lebih panjang daripada di alam liar. Selain lebih aman dari gangguan predator maupun  perkelahian dengan burung lain, kualitas nutrisi juga lebih baik dalam sangkar. Tentu saja jika kita merawatnya dengan baik, benar, dan konsisten. Jika tidak, burung bakalan yang baru tiga hari dibeli pun bisa mati.


Untuk menambah pengetahuan kita bersama, di bawah ini tabel masa hidup (life span) beberapa jenis burung di alam liar, atau di habitatnya. Sedangkan masa hidup burung dalam perawatan atau penangkaran umumnya lebih lama.

Burung tua disulap jadi “muda”

Tidak sedikit kicaumania yang mau merawat burungnya hingga tua. Apa alasannya, tentu hanya mereka yang tahu. Burung tua ini biasanya dijual ke pedagang di pasar burung. Nah, di sinilah sering terjadi praktik yang merugikan kicaumania lainnya. Tidak jarang burung tua disulap pedagang menjadi “muda” kembali, kemudian dijual ke calon pembeli.


Oknum pedagang nakal ini biasanya akan menghilangkan sisik-sisik yang menempel di kedua kaki burung. Sebab, inilah tengara yang sering dilihat calon pembeli. Ada beberapa cara yang dilakukan dalam membersihkan sisik kaki, misalnya menggunakan air hangat, kemudian sisik dikupas pelan-pelan.


Ada juga yang menggunakan air garam hangat, lalu dioleskan ke kaki bersisik. Sebagian lagi menggunakan minyak kelapa atau body lotion yang dioleskan setiap hari. Biasanya setelah beberapa hari, sisik tersebut akan mengelupas dengan sendirinya.